Subhanallah, Ternyata Otak lebih sehat saat kita Sujud kepada Allah

Pada otak terdapat Prefrontal Cortex yang merupakan bagian yang bertanggung jawab dalam perencanaan, organisasi, pengendalian impuls dan belajar dari kesalahan. Ketika manusia bersujud, posisi jantung akan menjadi lebih tinggi daripada otak, maka darah akan turun ke bagian ini.Berdasarkan penelitian Seorang Doktor di Amerika, Dr. Fidelma, Ia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak dalam kondisi normal. Namun berdasarkan penelitiannya, darah baru bisa masuk jika manusia dalam kondisi sujud. Dengan begitu darah akan masuk ke otak dan Prefrontal Cortex bisa berfungsi optimal dalam mengambil keputusan.Itulah salah satu sebab mengapa salat dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Karena pada saat salat dalam kondisi sujud, darah akan masuk ke otak dan Prefrontal Cortex menerima aliran darah. Sehingga orang yang salat bisa membuat keputusan yang lebih bijak, serta bisa berfikir mana yang baik dan buruk.

Related Posts:

Al-Qur'an dan Teori Big Bang

Selain menjelaskan alam semesta, model Dentuman Besar mempu-nyai implikasi penting lain. Seperti yang ditunjukkan dalam kutipan dari Anthony Flew di atas, ilmu alam telah membuktikan pandangan yang selama ini hanya didukung oleh sumber-sumber agama. Kebenaran yang dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan. Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah. Dalam satu-satunya kitab yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan 14 abad yang lalu.

Related Posts:

Agama dan Sains Harus Sejalan

Kaum materialis, dalam usaha merahasiakan kekalahan mereka oleh sains, sering mencari selamat melalui pelbagai metode propaganda. Yang terkemuka dari propaganda itu adalah klise “konflik antara sains dan agama”, yang biasa digunakan oleh publikasi materialis. Sumber-sumber ini meliput kisah-kisah yang dimaksudkan untuk menghasut pembaca umum, dengan menyatakan bahwa sepanjang sejarah, agama selalu bertentangan dengan sains, dan bahwa sains dapat maju hanya jika agama disingkirkan.

Akan tetapi, tinjauan sekilas terhadap sejarah sains sudah cukup untuk menunjukkan kebohongan klaim ini. 

Apabila kita menengok sejarah Islam, kita lihat bahwa sains diperkenalkan di Timur Tengah bersama Al Quran. Bangsa Arab pra-Islam memercayai segala macam takhayul dan desas-desus, dan tidak berusaha menyelidiki jagat raya atau alam. Dengan Islam, masyarakat ini menjadi ber-budaya, mulai menjunjung tinggi pengetahuan. Dengan mengamati perintah-perintah Al Quran, mereka mulai mencermati dunia di sekitarnya. Tidak hanya bangsa Arab, tetapi banyak negara lain, seperti Iran, Turki, dan Afrika Utara, mendapatkan pencerahan setelah memeluk Islam. Penggunaan akal sehat dan pengamatan yang diperintah-kan Al Quran membangkitkan peradaban besar di abad ke-9 dan ke-10. Banyak ilmuwan muslim yang hidup dalam periode ini membuat penemuan penting dalam sejumlah disiplin ilmu, seperti astronomi, matematika, geometri, dan kedokteran.

Related Posts: