Selain menjelaskan alam
semesta, model Dentuman Besar mempu-nyai implikasi penting lain. Seperti yang
ditunjukkan dalam kutipan dari Anthony Flew di atas, ilmu alam telah
membuktikan pandangan yang selama ini hanya didukung oleh sumber-sumber agama. Kebenaran yang
dipertahankan oleh sumber-sumber agama adalah realitas penciptaan dari ketiadaan.
Ini telah dinyatakan dalam kitab-kitab suci yang telah berfungsi sebagai
penunjuk jalan bagi manusia selama ribuan tahun. Dalam semua kitab suci seperti
Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan Al Quran, dinyatakan bahwa alam semesta
dan segala isinya diciptakan dari ketiadaan oleh Allah. Dalam satu-satunya kitab
yang diturunkan Allah yang telah bertahan sepenuhnya utuh, Al Quran, ada
pernyataan tentang penciptaan alam semesta dari ketiadaan, di samping bagaimana
kemunculannya sesuai dengan ilmu pengetahuan abad ke-20, meskipun diungkapkan
14 abad yang lalu.
Pertama, penciptaan alam
semesta dari ketiadaan diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
“Dia pencipta langit dan
bumi. Bagaimana Dia mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri. Dia menciptakan
segala sesuatu dan Dia mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al An’aam, 6: 101)
Aspek penting lain yang
diungkapkan dalam Al Quran empat belas abad sebelum penemuan modern Dentuman
Besar dan temuan-temuan yang berkaitan dengannya adalah bahwa ketika
diciptakan, alam semes-ta menempati volume yang sangat kecil:
“Dan apakah orang-orang
kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”
(QS. Al Anbiyaa’, 21: 30)
Terjemahan ayat di atas
mengandung pemilihan kata yang sangat penting dalam bahasa aslinya, bahasa
Arab. Kata ratk diterjemahkan sebagai “suatu yang padu” yang berarti
“bercampur, bersatu” dalam kamus bahasa Arab. Kata itu digunakan untuk merujuk
dua zat berbeda yang menjadi satu. Frasa “Kami pisahkan” diterjemahkan dari
kata kerja bahasa Arab, fatk yang mengandung makna bahwa sesuatu terjadi
de-ngan memisahkan atau menghancurkan struktur ratk. Tumbuhnya biji dari tanah
adalah salah satu tindakan yang meng-gunakan kata kerja ini.
Mari kita tinjau lagi ayat
tersebut dengan pengetahuan ini di benak kita. Dalam ayat itu, langit dan bumi
pada mulanya berstatus ratk. Me-reka dipisahkan (fatk) dengan satu muncul dari
yang lainnya. Mena-riknya, para ahli kosmologi berbicara tentang “telur kosmik”
yang me-ngandung semua materi di alam semesta sebelum Dentuman Besar. De-ngan
kata lain, semua langit dan bumi terkandung dalam telur ini dalam kondisi ratk.
Telur kosmik ini meledak dengan dahsyat menyebabkan materinya menjadi fatk dan
dalam proses itu terciptalah struktur keseluruhan alam semesta.
Kebenaran lain yang
terungkap dalam Al Quran adalah pengem-bangan jagat raya yang ditemukan pada
akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran merah dalam spektrum
cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:
“Dan langit itu Kami
bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesung-guhnya Kami benar-benar
meluaskannya.” (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47)
Singkatnya, temuan-temuan
ilmu alam modern mendukung kebe-naran yang dinyatakan dalam Al Quran dan bukan
dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu “kebetulan”,
namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta terjadi sebagai hasil
penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang
asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada
kita.
Sumber : Kejaiban Alam Semesta
Harun Yahya
0 Response to "Al-Qur'an dan Teori Big Bang"
Post a Comment